Tuesday, February 1, 2011

Perihal Menjaga Janggut











Orang Amerika dan Eropah, mereka telah mencuba mengkaji agama Islam dengan lebih dalam, termasuk janggut yang biasa disimpan ulama2 muslim.
Hasil dari kajian mereka, adalah :

1. Janggut secara semulajadi mengawal kandungan minyak di wajah

2. Jika tumbuh 1 helai janggut, maka disekelilingnya akan tumbuh janggut yang lebih halus

3. Dalam 1 helai janggut, menyerap lebih dari satu unsur yang boleh menyebabkan wajah terlihat kusam

4. Jika janggut tersebut dicukur, maka perlu waktu yang lama untuk menumbuhkannya secara sendiri

5. Hal terakhir yang masih diteliti dan belum diputuskan, sifat dan perangai orang yang memiliki janggut akan lebih bijaksana dan cerdik di dalam membuat keputusan.

Sabda Rasulullah SAW dalam hal ini :

”Cukurlah kumis dan peliharalah janggut.”

Pertanyaan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya :

Apakah memelihara janggut wajib hukumnya atau hanya boleh? Apakah mencukurnya berdosa atau hanya merosak agama? Apakah mencukurnya hanya boleh bila dsertai dengan memelihara misai?

Jawapan:
Mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas, kami katakan, terdapat hadis yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab Shahih, keduanya dari hadis Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Selisihilah orang-orang musyrik, potonglah misai (hingga habis) dan sempurnakan janggut (biarkan tumbuh lebat,-peny)’ [1].

Di dalam sahih Muslim dari Abu Hurairah r.a. , dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Potonglah misai dan biarkanlah janggut memanjang, selisihilah orang-orang Majusi” [2].

Imam An-Nasai di dalam sunannya mengeluarkan hadis dengan sanad yang shahih dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu 'anhu , dia berkata, Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa yang tidak pernah mengambil dari misainya (memotongnya), maka dia bukan termasuk dari golongan kami” [3].

Al-Allamah besar dan Al-Hafizh terkenal, Abu Muhammad bin Hazm berkata, “Para ulama telah bersepakat bahawa memotong misai dan membiarkan janggot tumbuh adalah fardhu (wajib)”.

Hadis-hadis tentang hal ini dan ucapan para ulama perihal memotong habis misai dan memperbanyak janggut, memuliakan dan membiarkannya memanjang banyak sekali, sukar untuk menghitung kuantitinya dalam risalah singkat ini.

Dari hadis-hadis di atas dan nukilan ijma oleh Ibnu Hazm diketahui jawapan terhadap ketiga pertanyaan diatas, ulasan ringkasnya ; bahawa memelihara, memperbanyak dan membiarkan janggut memanjang adalah fardhu, tidak boleh ditinggalkan sebab Rasulullah memerintahkan demikian sementara perintahnya mengandung makna wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala. “Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” [Al-Hasyr : 7] Demikian pula, menggunting (memotong) misai wajib hukumnya akan tetapi memotong habis adalah lebih afdhal (utama), sedangkan memperbanyak atau membiarkannya begitu saja, maka tidak boleh hukumnya kerana bertentangan dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Potonglsh kumis”, “Potonglah kumis sampai habis”, “Barangsiapa yang tidak mengambil dari kumisnya (memotongnya) maka dia bukan termasuk dari golongan kami” Keempat lafaz hadis tersebut, semuanya terdapat di dalam riwayat-riwayat hadis yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , sedangkan pada lafaz yang terakhir tersebut terdapat ancaman yang serius dan peringatan yang tegas sekali. Hal ini kemudian mengandung konsekuensi wajibnya seorang muslim berhati-hati terhadap larangan Allah dan RasulNya dan bersegera menjalankan perintah Allah dan RasulNya.

Dari hal itu juga diketahui bahawa memperbanyak misai dan membiarkannya merupakan suatu perbuatan dosa dan maksiat.

Demikian pula, mencukur janggut dan memotongnya termasuk perbuatan dosa dan maksiat yang dapat mengurangi iman dan memperlemahnya serta dikhuatirkan pula ditimpakannya kemurkaan Allah dan azab-Nya.

Di dalam hadits-hadits yang telah disebutkan di atas terdapat petunjuk bahawa memanjangkan misai dan mencukur janggut serta memotongnya termasuk perbuatan menyerupai orang-orang majusi dan orang-orang musyrik padahal sudah diketahui bahawa menyerupai mereka adalah perbuatan yang munkar, tidak boleh dilakukan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka” [4].

Saya berharap jawapan ini cukup dan memuaskan. Wallahu waliyyut taufiq Washallahu wa sallam ‘ala Nabiyyina Muhamad wa alihi wa shahbih.

[1]. Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Libas (5892, 5893), Shahih Musim, kitab Ath-Thaharah (259).
[2]. Shahih Muslim, kitab Ath-Thaharah (260)
[3]. Sunan At-Turmudzi, kitab Al-Adab (2761), Sunan An-Nasai, kitab Ath-Thaharah (13) dan kitab Az-Zinah (5047)
[4]. Sunan Abu Daud, kitab Al-Libas (4031), Musnad Ahmad (5093, 5094, 5634)

[Kumpulan fatwa-fatwa, juz III, hal.362-363] [Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini Lc]

[petikan daripada soal-jawab rakan-rakan di syok.org]

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...